Rabu, 11 Mei 2011

Analisis Nilai-nilai dalam Karya Sastra Anak

Oleh Rani Oktora


Judul : Abu Nawas “ Mengecoh Monyet Sirkus ”
Penulis : MB. Rahimsyah

Abu nawas sedang berjalan – jalan santai. Ada kerumunan masa. Abu Nawas kepada seorang kawan yang kebetulan bejumpa ditengah jalan.
“ Ada kerumunan apa disana ? Tanya Abu Nawas.
“Pertunjukan keliling yang melibatkan monyet ajaib”.
“ Apa maksud dengan monyet ajaib ?” kata Abu Nawas. Nawas ingin tahu.
“ Monyet yang bisa mengerti bahasa manusia, dan yang lebih menabjubkan adalah hanya mau tunduk denga pemiliknya saja”. Kata kawan Abu Nawas menambahkan.
Abu Nawas semakintertarik. Ia tidak tahan untuk segera menyaksikan kecerdikan monyrt itu dan keajaiban binatang raksasa itu.
Kini Abu Nawas telah berada di tengah kerumunan penonton. Karma begitu banyak penonton pemilik monyet dengan bangga menawarkan hadiah yang cukup besar bagi siapa saja yang sangup membuat monyet itu menganguk – angguk.
Banyak penonton yang mengajukan berbagai pertanyaan agar si monyet mengagukan kepalanya. Namun, monyet tetap mengeleng – gelengkan kepalanya.
Melihan kegigihan monyet itu Abu Nawas pun tertarik untuk mencoba mengajukan sebuah pertanyaan. Abu Nawas bertanya,
“ Tahukah engkau siapa aku ?” monyet itu mengeleng.
“Apkah engkau tidak kepada ku ?” Tanya Abu Nawaslagi. Namun, monyrt itu tetap mengeleng.
“ Apakah engkau takun pada tuan mu ?” Tanya Abu Nawas memancing. Monyet itu mulai ragu.
“ Bila engkau tetap diam maka akan kulaporkan kau pada tuan mu”. Lanjut Abu Nawas mulai mengancam.akhirnya monyet itu terpaksa mengganguk – angguk.
Singkat cerita pemilik monyet di lain hari memerintahkan si monyet menganguk bila ada seseorang yang bertanya kepadanya, dan melarang si monyet mengelengkan kepalanya.
Dan tibalah saat pertunjukan. Sangpemilik mengumumkan bahwa yang bisa membuat si monyet mengelengkan kepalanya maka akan mendapat hadiah yang sagat besar yaitu sekantuk uang emas.
Abu Nawas kembali mengajukan pertanyaan,
“Apakah engkau tau siapa aku ?” Tanya Abu Nawas. Monyet itu menganguk.
“ Apa kau tidak takut pada ku?” monyet itu tetap mengangu.
“ Apakah engkau tidak takut dengan tuanmu ?” pancing Abu Nawa. Monyet itu tetap menganguk karena binatang itu lebih taku pada ancaman tuanya.
Akhirnya Abu Nawas mengeluarkan bungkusan kecil yang berisi balsam panas.
“ Tahukah engkau apa guna balsam ini ?” monyet itu tetap menganguk.
“ Baiklah, boleh ku gosokan selangkanganmu dengan balsam ini?. Monyet itu menganguk.
Lalu Abu Nawas mengosok selangkagan monyet denga balsam tersebut. Tentu monyet merasa agak kepanasan dan mulai panik.
Lalu Abu Nawas mengeluarka bungkusan yang lebih besar. Bungkusan itu juga berisi balsam.
“ Maukah engkau balsam itu ku habiskan untuk mengosok selangkanganmu ?” abu Nawas mulai mengancam. Monyet itu ketakutan dan mulai lupa denga perintah tuanya sehingga monyrt terpaksa mengelengkan kepalanya. Dan akhirnya Abu Nawas kembali memenangkan hadiah itu.

Analisis cerita Abu Nawas :

Karya sasyra diatas dapat digolongkan dengan genre Realisme ( cerita realime dan relisme binatang ).
Alasan : Dikatakan cerita realisme, karna cerita tersebut menceritakan kehidupan sehari – hari yang sering terjadi dimasyarakan, dan juga termasuk realisme binatang. Karna didalamnya juga menceritakan seekor monyet sirkus yang dituntut untuk menuruti segala perintah tuanya, dan bila monyet tidak menurut pada tuanya monyrt akan diberi hukuman yang sangat berat.

 Nilai yang terkandung dalam cerita diatas dilihat dari nilai personal yaitu perkembangan emosional, dan perkembangan intelektual. Berikut ini alasanya :

1. Perkembangan Emosional
Alasanya : Karena di dalam cerita abu nawas menuntut perkembangan emosional anak ( mana mungkin seekor monyet dapat mengeti apa yang dikatakan manusia ) seperti yang dikisahkan dalam cerita tersebut.

2. Perkembangan Intelektual.
Alasanya : karena dalam cerita sosok Abu Nawas digambarkan sebagai orang yang dapat berfikiran cedik dalam keadaan apapun. Kisah ini bagi membaca ( anak ) dapat memberi pelajaran bahwa dimanapun berada dan dalam kesulitan apapun anak dituntut bertindak cerdik dan kreatif.

 Dari segi nilai Pendidikan cerita “ Abu Nawas” dapat mengandung nilai – nilai sebagai berikut :
1. Perkembangan Bahasa
Alasanya : anak dapat mengambil hikmah dari kecerikan Abu Nawas, yaitu anak dituntut untuk tidak malu berbicara mengungkapkan pendapat tentang suatuhal yang ia ketahui maupun yang ia tidak ketahui.
Dan bila ini diterakan di sekolah sebagai pembelajaran guru bisa meminta siswa untuk menceritakan kembali kisah Abu Nawas yang telah dibaca di depat kelas dan mengungkapkan kesan atau amanat apa yang dapat siswa ambil setelah membaca kisah Abu Nawas tersebut. Sehingga guru juga akan membuat perkembangan bahasa siswa bertambah.

2. Penanaman Kebiasaaan Membaca.
Alasanya : karna cerita tersebut mengandung unsur yang jenaka ( lucu ), menarik untuk disimak dan dijadikan bacaan untuk anak. Serta bahasa yang digunakan tidak berbelit – belit dan tidak mengunakan bahasa kiasan di dalamnya sehinga bacaan seperti ini pasti disukai oleh anak. Guru biasa menanamkan kebiasan membaca anak mulai dari bacaan yang ringan namun sarat akan hikmah sebagai penenman kebiasaan membaca permulaan pada anak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar